Berawal dari pagelaran Jakarta Fashion
Week, siapa sangka karya salah satu anak bangsa dapat muncul di majalah
internasional sekelebat Harper Bazzar AS. Nama Tex Saverio lalu hangat
diperbincangkan di dunia maya. Salah satu koleksi gaun musin semi
2011-nya mendadak muncul di majalah Harper Bazaar AS dan dikenakan oleh
penyanyi nyentrik yang dikenal seluruh dunia, Lady Gaga.
Gaun yang diberi nama La Glacon itu menjadi buah bibir di dunia mode internasional.
Bahkan karenanya, Rio panggilan akrab pemuda 26 tahun itu disebut
sebagai Alexander McQueen-nya Indonesia. . “Tak bisa tidak, kami
memikirkan McQueen ketika melihat gaun ini (La Glacon),” kata
selebritis blogger Perez Hilton di blog modenya, cocoperez.com.
Selain La Glacon, ternyata koleksi gaun Rio
lainnya, My Courtesan, juga tak kalah menarik perhatian pemerhati mode
dunia. Kedua rancangan itu benar-benar menyita perhatian pengunjung
Jakarta Fashion Week. Keberhasilan Rio dalam menciptakan gaun-gaun
fenomenal itu dikarenakan pemikirannya bahwa tiap rancangan memiliki
jiwa. Jiwa itulah yang membedakan rancangannya dengan karya lainnya.
Menilik kesuksesannya menjadi bintang Fashion dunia yang baru, siapa yang sangka ternyata Rio tidak menamatkan bangku sekolahnya.
Ia memilih keluar dari sekolah, agar bisa lebih cepat memulai karirnya
di dunia mode. Rio sudah bercita-cita menjadi perancang sejak ia duduk
di bangku SMA, bahkan ia sering mencuri waktu untuk menggambar di
tengah pelajaran. Melihat bakat luar biasa Rio, seorang guru bahkan
menyarankan dirinya untuk belajar di sekolah mode dibandingkan
meneruskan sekolah formalnya.
Rio memenangkan penghargaan
pertamanya, Mercedes-Benz Asia Fashion Award, diumur 21 tahun. Kini,
lima tahun kemudian, La Glacon menjadi buah bibir di dunia mode
internasional. Saat ini Rio sedang sibuk mempersiapkan koleksi gaun
berikutnya. Dirinya berujar, sehari setelah menyelesaikan La Glacon,
kepalanya sudah kembali dipenuhi oleh ide-ide baru tentang gaun-gaunnya
yang akan datang.
Rio adalah satu pembuktian bahwa Indonesia memiliki
banyak potensi sumber daya manusia yang berkualitas. Yang membedakan
dirinya dari anak bangsa berbakat lainnya yang masih takut berkarya
adalah keberaniannya mengubah potensi yang dimilikinya menjadi
kompetensi. Dan kenyataannya, potensi bukan hanya milik Tex Saverio,
tetapi juga milik semua anak Indonesia.
No comments:
Post a Comment