expr:class='"loading" + data:blog.mobileClass'>

About

Thursday, April 5, 2012

10 Film Indonesia yang Pantas Menjadi Video Game

Membicarakan kualitas film Indonesia, baik di layar perak maupun lebar, bukanlah sebuah topik yang bisa dibanggakan. Walaupun meningkat dari segi kuantitas dan memastikan roda perekenomian yang bergerak dari industri kreatif yang satu ini berputar dengan stabil, film-film Indonesia harus diakui masih belum mampu bersaing dari segi kualitas. Dari puluhan judul film yang hadir setiap tahunnya, hanya sedikit yang benar-benar mampu menghadirkan sebuah tontonan yang pantas diapresiasi dengan tinggi dan mengundang decak kagum. Selebihnya? Terjatuh pada konsep dangkal menjual nilai-nilai seksual tanpa menghadirkan kualitas cerita yang bahkan pantas untuk dinikmati.

Walaupun demikian, harapan positif untuk industri ini memang tetap ada. Perlahan namun pasti, para produsen mulai menemukan bentuk yang lebih baik untuk tidak hanya menghadirkan sebuah film yang memenuhi kebutuhan pasar, tetapi sebuah kualitas dengan nilai-nilai yang tinggi. Datang dari berbagai genre, film-film ini mampu membuktikan diri sebagai yang terbaik di kelasnya, bahkan beberapa datang dengan sensasi yang hampir mendekati sebuah film Hollywood. Satu yang pasti, mereka menawarkan begitu banyak keunikan yang membuatnya pantas untuk diadaptasikan menjadi sebuah karya kreatif lain, seperti video game misalnya.

Tentu saja tidak semua film Indonesia berkualitas memiliki kemampuan untuk diadapatasikan sebuah game. Judul-judul yang mengusung drama sebagai plot paling utama seperti “Ada Apa dengan Cinta” atau “Ayat-Ayat Cinta” tentu sulit menemukan bentuk yang tepat untuk diadaptasikan ke dalam sebuah video game. Drama memang menjadi salah satu elemen yang membuat sebuah cerita di dalam game menjadi kaya, tetapi ia tidak pernah menjadi kekuatan utama yang mendasari sebuah game dibuat, bahkan untuk game-game bergaya interactive story sekalipun. Sebuah game setidaknya harus mengandung elemen aksi, misteri, dan fantasi. Tanpa ketiga pilar ini, video game tak ubahnya selongsong peluru tanpa isi yang tidak akan mampu memberikan impact apapun bagi gamer yang memainkannya.

Jadi, dari semua film-film Indonesia, layar lebar maupun perak, yang sedang atau pernah tayang di Indonesia, film apa sajakah yang memiliki “kualitas” untuk dijadikan sebuah video game?

Quote:
10. Petualangan Sherina
Quote:
Film yang memang ditujukan untuk pasar anak-anak saat ini boleh dibilang terbilang langka. Di masa lalu, ketika dunia hiburan Indonesia masih dipenuhi dengan artis anak-anak yang berbakat dan anak-anak masih mendengarkan lagu yang memang ditujukan untuk umur mereka, film-film seperti ini laris manis. Salah satu yang terbaik? Tentu saja Petualangan Sherina yang fenomenal. Sebagai salah satu yang pertama di genrenya, Petualangan Sherina menawarkan semua hal yang dicintai oleh anak-anak, dari musik, tarian, hingga konsep petualangan besar yang mampu ditakhlukkan oleh seorang anak kecil. Lantas konsep game seperti apa yang bisa diusung di dalamnya? “Meniru” gaya game-game ala Dora The Explorer mungkin menjadi bentuk yang paling tepat. Menghadirkan elemen aksi yang minim, Petualangan Sherina dapat didesain sebagai sebuah game yang mengusung musik dan tarian yang disukai oleh anak-anak dan menjadikanya faktor untuk menemukan progress di dalam cerita.
Quote:
9. Wiro Sableng
Quote:
Tidak lengkap rasanya jika kita membicarakan film-film terbaik Indonesia, tanpa menyentuh film-film silat kebanggaan kita di masa lalu. Hampir tidak ada orang Indonesia yang tidak mengenal sosok pendekar yang satu ini. Setengah waras, berpakaian putih, dan bersenjatakan kapak yang sakti, Wiro Sableng memang menjadi sebuah legenda yang tidak tergantikan. Mengapa Wiro Sableng? Mengapa tidak karakter silat lain seperti Joko Tingkir? Karena, harus diakui, dari semua karakter silat fiksi yang ada, Wiro Sableng meupakan salah satu karakter dengan kepribadian yang paling unik dan kuat, sesuatu yang tentu saja akan berkontribusi besar pada pembawaan video game jika proses adaptasi dilakukan. Konsep yang pas? Bayangkan sebuah game hack and slash sederhana bertemakan Kerajaan-Kerajaan di masa lalu, dengan dialog dan komentar “nyeleneh” nan lucu dari mulut Wiro. Tentu saja akan menjadi sebuah game yang menarik.
Quote:
8. Gerhana
Quote:
Sebagian besar dari kita yang menghabiskan masa kanak-kanak dan remaja di akhir tahun 1990-an tentu pernah mendengar sinema elektronik yang satu ini – Gerhana. Berbeda dengan sinetron-sinetron Indonesia yang di kala itu lebih berfokus pada percintaan, Gerhana hadir sebagai sebuah film tokusatsu sederhana yang menceritakan tentang kehidupan manusia-manusia dengan kekuatan psychokinesis, sebagian dari mereka membela kebenaran sementara yang lain hidup dalam rimbah kejahatan. Mengadaptasikan film “unik” seperti ini tentu saja menghasilkan sebuah video game yang berkualitas. Game-game yang mengusung karakter utama yang memiliki kemampuan Psychokinesis boleh dibilang sebagai barang langka yang masih sulit ditemukan di industri game saat ini. Menghancurkan para musuh dengan hanya menggerakkan mata? That is what Gerhana is all about!
Quote:
7. Panji – Manusia Millenium
Quote:
Akhir tahun 1990-an memang menjadi masa-masa keemasan Tokusatsu ala Indonesia yang terbilang punah saat ini. Dari semua pahlawan bertopeng yang ditawarkan, Panji Manusia Millenium boleh disimpulkan sebagai yang terbaik saat itu. Mengusung kisah kepahlawanan ala para pahlawan Marvel yang menyembunyikan identitasnya ketika membela kebenaran, Panji si Manusia Millenium datang dengan desain karakter, cerita, dan visual effect yang terbilang cukup solid di kala itu. Mengadaptasikan film seperti ini tentu saja akan menghasilkan sebuah video game yang berkualitas. Konsep seperti apa yang harus diusung? Seperti tren yang sedang bekembang untuk mendefinisikan karakter superhero saat ini, konsep permainan ala Batman: Arkham City akan menjadi pilihan yang terbaik. Kompleks, tetapi sekaligus memberikan kesan cerita kepahlawanan yang lebih “manusiawi”.
Quote:
6. Jelangkung
Quote:
Dari semua film horror Indonesia yang ikut dalam kebangkitan industri film nasional, nama Jelangkung yang hadir dari tangan dingin Rizal Mantovani harus diakui merupakan salah satu yang terbaik di kala itu. Mengusung salah satu mitos urban yang sempat populer di masa lalu, Jelangkung datang menebar horror tanpa terperangkap untuk menyajikan hal-hal berbau seksual yang populer saat ini. Konsep seperti yang dapat diterapkan untuk Jelangkung ini? Para developer game Indonesia dapat menyulapnya menjadi sebuah game survival-horror ala Silent Hill pertama dan Siren. Ketakutan dimunculkan dari atmosfer penuh keheningan dan “makhluk-makhluk” mistis yang hanya muncul dalam sekelibat bayangan. Game nya harus memastikan agan lebih banyak berlari dan bersembunyi dengan resource yang sangat terbatas untuk berbalik melawan. 

5. Tutur Tinular
Quote:
Kolosal, pertempuran besar, politik, romansa, pengkhianatan, dan jurus-jurus silat memukau adalah hal yang membuat sandiwara Radio di akhir tahun 1980-an ini begitu populer di seluruh Indonesia. Nama besar Tutur Tinular yang kemudian diangkat menjadi film layar lebar dan beberapa adaptasi di layar perak ini memang sudah menjadi legenda yang tidak terpisahkan dari industri film Indonesia. Menghadirkan cerita dan hubungan karakter yang kompleks serta pertarungan dan intrik dalam skala masif, Tutur Tinular memang menyediakan semua bahan yang tepat untuk menghasilkan sebuah video game berkualitas. Game-game lokal seperti Nusantara Online memang sudah terhitung menyulapnya menjadi sebuah game MMORPG yang patut diacungi jempol, namun harus diakui ada begitu banyak adaptasi potensial lainnya yang bisa dilakukan. Contohnya? Bayangkan saja sebuah game ala Dynasty Warriors, dimana karakter pilihan agan dapat membantai ribuan prajurit di sebuah perang kolosal. Tutur Tinular dengan gaya Musou? Shut up and take my money!
Quote:
4. Si Buta dari Gua Hantu
Quote:
Wiro Sableng mungkin datang dengan kepribadian unik yang tidak tergantikan, namun jika kita membicarakan karakter fiksi silat yang popularitasnya yang tidak tertandingi? Maka nama “Si Buta dari Gua Hantu” adalah pilihan yang paling tepat. Sosok yang bisa dianggap sebagai “Chuck Norris”-nya cerita silat Indonesia ini memang dideskripsikan sebagai sosok pendekar yang tidak bercela jika berhadapan pada ketidakadilan di masyarakat. Di balik sosoknya yang buta dan kehadiran sahabat baiknya – sang lutung “Kliwon”, Si Buta adalah manifestasi dari sebuah sosok “superhero” Indonesia yang orisinil. Genre yang bisa diadapatasikan untuknya? Tentu saja hack and slash dengan elemen stylish ala Devil May Cry akan menjadi pilihan yang tepat. Membayangkan bisa mencicipi game seperti ini saja sudah cukup untuk membuat adrenalin sebagian besar dari kita melompat tinggi.
Quote:
3. Merantau
Quote:
Memperkenalkan sosok Iko Uwais untuk pertama kali, Merantau adalah film action modern Indonesia yang berusaha memperkenalkan kembali pencak silat sebagai olahraga bela diri asli dari Nusantara. Walaupun dibumbuhi dengan begitu banyak elemen drama, namun Merantau harus diakui merupakan kandidat yang tepat untuk menghasilkan sebuah game action fighting yang mumpuni. Tidak perlu mengambil porsi dari plot utama, developer dapat dengan bebas menciptakan sebuah side-story yang memungkinkan sang karakter utama untuk memainkan porsi yang lebih banyak dalam bertarung dengan jurus-jurus pencak silat yang indah. Konsep permainn yang paling cocok? Menerapkan mekanisme gameplay ala Jet Li – Rise to Honor yang sempat populer di Playstation 2 adalah pilihan yang terbaik.
Quote:
2. Pintu Terlarang
Quote:
Mendapatkan sebuah film psycho thriller yang berkualitas di Indonesia bukanlah sebuah hal yang mudah. Banyak film yang kemudian jatuh pada pusaran “ketidakjelasan cerita” yang kelam dan pada akhirnya tidak mampu memberikan sensasi ketegangan dan misterius yang tepat bagi para penikmat film. Dari kelangkaan kualitas ini, salah satu film yang terhitung berhasil melakukannya adalah Pintu Terlarang (Forbidden Door), sebuah film psycho-thriller karya sineas dalam negeri yang mampu menawarkan semua elemen dalam kapasitas yang berbobot. Misteri, darah, dan berbagai kejutan yang ada membuatnya pantas untuk diadaptasikan sebagai sebuah video game. Namun alih-alih mengambil bentuk ala survival-horror seperti saran saya di Jelangkung, Pintu Terlarang lebih pantas dirombak ke dalam gameplay yang berfokus pada penyampaian cerita yang terbangun secara rapi dan pelan. Format yang terbaik? Dengan menyulapnya sebagai sebuah game interactive drama ala Heavy Rain.
Quote:
1. The Raid
Quote:
The Raid atau Serbuan Maut harus diakui merupakan fenomena industri hiburan yang sedang naik daun dalam beberapa minggu terakhir saat artikel ini dihadirkan. Dirilis secara internasional terlebih dahulu, The Raid berhasil menawarkan sebuah konsep film action yang begitu dirindukan, tidak hanya masyarakat Indonesia, tetapi juga oleh seluruh pencinta film di seluruh dunia. Hampir semua review internasional yang beredar memberikan nilai tinggi dan acungan dua jempol untuk film yang satu ini. agan belum menontonnya? agan benar-benar harus menyempatkan diri. Dengan dukungan sisi action yang begitu luar biasa dan reaksi positif dari berbagai belahan dunia, bukanlah hal yang tidak mungkin untuk menemukan The Raid tampil sebagai sebuah video game yang lahir dari developer raksasa di masa depan. Cara terbaik untuk merepresentasika The Raid dalam video game? Saya membayangkannya seperti ini: Meramu semua elemen aksinya dalam sebuah game action spionage ala Metal Gear Solid dengan mekanisme CQC pencak silat yang cepat dan suntikan active cut-scene yang sinematik tampaknya menjadi pilihan yang baik untuk merepresentasikan maha karya yang satu ini.
Di atas adalah 10 judul film Indonesia, baik dari layar perak maupun emas, yang menurut sumber, pantas untuk dijadikan sebagai video game. Jangan ragu untuk berkomentar, memberikan saran – kritik, dan menyumbangkan ide jika menurut agan ada beberapa film Indonesia yang pantas untuk dimasukkan ke dalam list namun terlewatkan oleh sumber. Tentu saja dengan menyertakan konsep dan alasan yang logis mengapa mereka pantas untuk masuk.

No comments:

Post a Comment